Tapi, apakah saya benar-benar hidup - atau sekadar hidup?
Kalau saya benar-benar hidup, coba apa buktinya?
Terlintas di pikiran, detik jam hari bulan tahun saya yang udah lewat itu kemana aja yaa? Waktu berjalan terus kan, nggak pernah berhenti. Saya sudah 15 tahun. 15 tahun saya itu ke mana saja ya? Kok kayak ndak ada bekasnya? Hilang. Yang sudah lewat, ya lewat saja.
Saya merasa aneh. Tiba-tiba saya merasa berjalan di atas tisu, tisu yang sudah diinjak, sudah kotor, ya terbuang, hilang. Nggak ada bekasnya.
Tapi apa iya saya hidup di atas tisu? Tidak, saya hidup berpijak di bumi. Di tanah. Di ekonomi saya belajar, faktor produksi tanah itu sifatnya tetap, jumlahnya tetap dan tidak berubah. Kalau saya merasa hidup di tanah dan bukannya di tisu, harusnya ada bekas-bekas hidup saya di "tanah" kan? Kalau ada bekas hidup itu, nah itu bisa jadi bukti kalau saya benar-benar hidup. Tapi saya rasa saya belum punya bekas itu. Apakah saya benar-benar hidup?
Lalu saya berpikir, bagaimana caranya menciptakan bekas "pijakan" itu? Bagaimana caranya menciptakan jejak hidup saya, sebagai tanda saya benar-benar hidup?
Tuhan YME dengan serta merta menuntun pikiran saya. Apa yang saya dapat?
Keluar dari lingkaran. Lakukan sesuatu. Bermanfaatlah. Bergunalah.
Keluar dari lingkaran.
Hidup di dunia ini tidak sendirian, kita hidup ditengah-tengah sesama manusia. Kalau ingin menciptakan jejak, keluarlah dari diri sendiri, lihat sekitar. Peduli.
Lakukan sesuatu.
Saya ini pelajar, tugas saya belajar. Maka saya wajib menuntut ilmu, belajar yang benar, mencari pengalaman. Ilmu itu luas, jangan batasi makna ilmu hanya dengan buku atau tulisan. Apapun yang bisa dipikirkan dan bisa bermanfaat, menurut saya itu bisa dimasukkan dalam kategori ilmu. Belajar itu tidak ada batasnya, sampai tarikan nafas terakhir, belajar adalah wajib. Lakukan apa yang bisa dilakukan, yang baik dan positif. Cicipi sebanyak-banyaknya nikmat Tuhan YME yang tersebar di jagad raya ini. Saat kita mencari dan memperkaya diri kita sendiri, saat itulah kita sedang mempersiapkan jejak kita. Bermanfaatlah. Bergunalah.
Apa-apa yang kita miliki, yang telah kita dapatkan, sebaiknya tidak di simpan sendiri. Berbagilah. Ketika kita berbagi, menyebarkan apa yang kita punya, sebenarnya pada saat itu kita menanam. Menanam benih kebaikan. Pada saat itu pula, kita menciptakan jejak hidup kita. Apa yang kita bagi, ketika itu bermanfaat untuk orang lain, maka kita membuat jejak kita. Ketika manfaat itu disebarkan lagi, maka jejak kita makin dalam. Ketika semakin banyak manfaat yang bisa kita beri, semakin berguna diri kita untuk orang lain, maka makin jelas jejak kita.Buktinya?
Kenal Thomas Alfa Edison? Kalau Thomas Alfa Edison tidak menemukan lampu, apakah sekarang kita akan mengenal beliau? Kenal Ir.Soekarno? Kalau beliau tidak memproklamasikan bangsa kita sebagai negara yang merdeka, apakah nama beliau akan terdengar di sepanjang perjalanan Indonesia?Mereka menciptakan jejak mereka sendiri. Meskipun kita tidak pernah bertemu mereka, tapi kita tahu kalau mereka pernah ada, pernah hidup. Karena mereka punya bukti kehidupan mereka, yang bisa kita lihat meskipun tidak pernah berjumpa. Bukan begitu?
Lakukanlah sesuatu. Bermanfaatlah. Bergunalah.
Dengan begitu, kita punya bukti kalau kita benar-benar hidup.
Suatu saat, ketika kita lelah menjalani hidup, ketika menemui hambatan, tidak ada salahnya menengok ke belakang sejenak. Lihat apa yang sudah kita perbuat. Jika belum ada yang benar-benar berarti, semangatlah melihat ke depan, semangatlah untuk membuat hari depan lebih baik dari kemarin.
*emangnya enak stuck di suatu tempat, nggak maju-maju, tertinggal oleh dinamisnya zaman? maju dong, maju! maju butuh tenaga memang, tapi setelah maju, semakin banyak yang bisa dilihat, semakin banyak yang bisa dinikmati, semakin banyak yang bisa diambil. menjadi makin kaya, hey! dunia ini luas, sobat. nikmatilah dengan benar selagi masih ada waktu*
Suatu saat, ketika kita sedang berusaha, sedang mencoba untuk menjadi lebih baik, istirahat sejenak untuk mengumpulkan lebih banyak tenaga itu boleh. Lihat apa yang telah lalu. Kumpulkan energi untuk bisa membuat yang lebih baik lagi dari yang telah diperbuat. Majulah. Bergunalah.Khusus untuk muda-mudi bangsa Indonesia, seperti saya, saya ingin bilang:
"Terlahir jadi putra Indonesia, hidup di Indonesia, makan minum dari tanah Indonesia, susah senang di tanah Indonesia sudah seharusnya kita gantian memberi untuk bangsa. Lakukanlah sesuatu, bermanfaatlah, dan bergunalah untuk Indonesia. Indonesia membutuhkan kita, hai saudaraku. Sudah saatnya untuk keluar dari lingkaran hidup kita sendiri, sungguh, Indonesia membutuhkan kita. Mari buat jejak hidup kita yang baik di Indonesia, buktikan bahwa kita benar-benar hidup, bukan hanya seonggok daging yang berjalan di atas tisunya sendiri. Hidup kita terlalu sayang untuk dilambangkan dengan "membuang tisu". Demi diri kita sendiri, demi bangsa kita sendiri, demi Indonesia!"
Mulai dari diri sendiri.
Mulai dari yang terkecil.
Mulai dari yang terkecil.
Mulai dari sekarang.
No comments:
Post a Comment
comments are well-welcomed, Dear Readers. Please do write some, thank you.