Wednesday, June 27, 2012

Matahari


#2

Ia bersedekap. Alisnya, matanya, bibirnya mengatakan, "Berlari bisa jatuh"

Lalu terluka? Biar.
Lalu sakit? Biar.

Bibirnya mengerucut masam.

Aku pergi. Aku tak sanggup diam lagi. Apalagi bersamamu.
Aku harus pergi agar kau pun bebas mencari tanda titikmu.

Dia bangkit. Berjalan menuju jendela berbingkai kayu mahoni.
Matahari terbenam keunguan menyinari sosoknya.
"Kau seperti matahari" bisiknya

oh suara itu
Jangan melankolis begini. Aku akan tetap pergi.

Suaranya sejernih pelangi,
Aku ingin berkata, you are my sunshine
Tapi kamu memang bukan my, tidak pernah menjadi mine. Belum.

Dia menatapku. Tersenyum.
Dengan itu ia mengatakan segalanya.

Tuesday, June 26, 2012

Berlari

Aku lelah berdiam diri. Ini bukan tanda titik tempat berhenti. Belum.

Dia tak beranjak. Namun matanya seakan berkata, "Apa maumu?"

Aku ingin pergi.

Matanya masih mengatakan hal yang sama.

Aku ingin berlari, mengejar awan.

Kali ini alisnya mengernyit.

Oh jangan meragukanku.
Aku serius.Aku akan berlari ke arah yang kutuju.
Aku tak memaksamu ikut, aku akan pergi sendiri.
Nanti di perjalanan tentu aku akan bertemu orang lain, sekadar bertegur sapa.
Mungkin bertemu teman bertualang dan berlari bersama.
Tempatku bukan di sini.



Aku akan berlari.