Wednesday, June 27, 2012
Matahari
#2
Ia bersedekap. Alisnya, matanya, bibirnya mengatakan, "Berlari bisa jatuh"
Lalu terluka? Biar.
Lalu sakit? Biar.
Bibirnya mengerucut masam.
Aku pergi. Aku tak sanggup diam lagi. Apalagi bersamamu.
Aku harus pergi agar kau pun bebas mencari tanda titikmu.
Dia bangkit. Berjalan menuju jendela berbingkai kayu mahoni.
Matahari terbenam keunguan menyinari sosoknya.
"Kau seperti matahari" bisiknya
oh suara itu
Jangan melankolis begini. Aku akan tetap pergi.
Suaranya sejernih pelangi,
Aku ingin berkata, you are my sunshine
Tapi kamu memang bukan my, tidak pernah menjadi mine. Belum.
Dia menatapku. Tersenyum.
Dengan itu ia mengatakan segalanya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
aduuuuh~ my heart~ hahahaha puisimu ;;_____;; bagus bgt
ReplyDeleteAaaa thankyouu for visiting riiin, really appreciate your comment. Masih abg labil nih bgini deh tulisannya hahaha :D
Deletekok bisa daleeeem gitu ya hahaha keep posting yaaa :3
ReplyDelete