Thursday, August 19, 2010

Sedikit merenungi: Cinta Bangsa? Buktikan!

Tidak mampu sewa mobil jenazah, Ayah nenggendong mayat anaknya sejauh 10 Km

penumpang kereta rel listrik (krl) jurusan jakarta – bogor pun geger.minggu (5/6).
Sebab, mereka tahu bahwa seorang pemulung bernama Supriono (38 thn) tengah menggendong mayat anak, Khaerunisa (3 thn). Supriono akan memakamkan si kecil di kampung kramat, bogor dengan menggunakan jasa krl. Tapi di stasiun tebet, supriono dipaksa turun dari kereta, lantas dibawa ke kantor polisi karena dicurigai si anak adalah korban kejahatan. Tapi di kantor polisi, supriono mengatakan si anak tewas karena penyakit muntaber. Polisi belum langsung percaya dan memaksa supriono membawa jenazah itu ke rscm untuk diautopsi. Di rscm, supriono menjelaskan bahwa khaerunisa sudah empat hari terserang muntaber. Dia sudah membawa khaerunisa untuk berobat ke puskesmas kecamatan setiabudi.

"Saya hanya sekali bawa khaerunisa kepuskesmas, saya tidak punya uang untuk membawanya lagi ke puskesmas,meski biaya hanya rp 4.000,- saya hanya pemulung kardus, gelas danbotol plastik yang penghasilannya hanya rp 10.000,- per hari." Ujar bapak 2 anak yang mengaku tinggal di kolong perlintasan rel ka di cikini itu.

Supriono hanya bisa berharap khaerunisa sembuh dengan sendirinya. Selama sakit khaerunisa terkadang masih mengikuti ayah dan
kakaknya,muriski saleh (6 thn), untuk memulung kardus di manggarai hingga salemba, meski hanya terbaring digerobak ayahnya. Karena tidak kuasa melawan penyakitnya, akhirnya khaerunisa menghembuskan nafas terakhirnya pada minggu (5/6) pukul 07.00. Khaerunisa meninggal di depan sang ayah, dengan terbaring di dalam gerobak yang kotor itu, di sela-sela kardus yang bau. Tak ada siapa-siapa, kecuali sang bapak dan kakaknya.

Supriono dan muriski termangu. Uang di saku tinggal rp 6.000,- tak mungkin cukup beli kain kafan untuk membungkus mayat si kecil dengan layak, apalagi sampai harus menyewa ambulans. Khaerunisa masih terbaring di gerobak. Supriono mengajak musriki berjalan menyorong gerobak berisikan mayat itu dari manggarai hingga ke stasiun tebet, supriono berniat menguburkan anaknya di kampong pemulung di kramat, bogor. Ia berharap di sana mendapatkan bantuan dari sesama pemulung.

Pukul 10.00 yang mulai terik, gerobak mayat itu tiba di stasiun tebet.Yang tersisa hanyalah sarung kucel yang kemudian dipakai membungkus jenazah si kecil. Kepala mayat anak yang dicinta itu dibiarkan terbuka, biar orang tak tahu kalau khaerunisa sudah menghadap sang khalik. Dengan menggandeng si sulung yang berusia 6 thn, supriono menggendong khaerunisa menuju stasiun. Ketika krl jurusan bogor datang, tiba-tiba seorang pedagang menghampiri supriono dan menanyakan anaknya. Lalu dijelaskan oleh supriono bahwa anaknya telah meninggal dan akan dibawake bogor. spontan penumpang krl yang mendengar penjelasan supriono langsung berkerumun dan supriono langsung dibawa ke kantor polisi tebet.

Polisi menyuruh agar supriono membawa anaknya ke rscm dengan menumpang ambulans hitam. Supriono ngotot meminta agar mayat anaknya bisa segera dimakamkan.Tapi dia hanya bisa tersandar di tembok ketika menantikan surat permintaan pulang dari rscm. Sambil memandangi mayat khaerunisa yang terbujur kaku. Hingga saat itu muriski sang kakak yang belum mengerti kalau adiknya telah meninggal masih terus bermain sambil sesekali memegang tubuh adiknya.

Pukul 16.00, akhirnya petugas rscm mengeluarkan surat tersebut, lagi-lagi karena tidak punya uang untuk menyewa ambulans, supriono harus berjalan kaki menggendong mayat khaerunisa dengan kain sarung sambil menggandeng tangan muriski. Beberapa warga yang iba memberikan uang sekadarnya untuk ongkos perjalanan ke bogor. Para pedagang di rscm juga memberikan air minum kemasan untuk bekal supriono dan muriski di perjalanan.

Psikolog sartono mukadis menangis mendengar cerita ini dan mengaku benar-benar terpukul dengan peristiwa yang sangat tragis tersebut karena masyarakat dan aparat pemerintah saat ini sudah tidak lagi peduli terhadap sesama. Peristiwa itu adalah dosa masyarakat yang seharusnya kita bertanggung jawab untuk mengurus jenazah khaerunisa.
Jangan bilang keluarga supriono tidak memiliki ktp atau kk atau bahkan tempat tinggal dan alamat tetap. Ini merupakan tamparan untuk bangsa Indonesia, ujarnya

*repost, asal : kfacebook, dari kaskus*
___________________________________________________________________________________________________________

Satu tragedi di tengah hiruk pikuk bangsa:
-pemerintah sibuk sendiri untuk ini itu , maaf, nggak jelas hasilnya dan efeknya apa, lupa diri dan lupa tanggung jawab terhadap bangsa.
-masyarakat juga mulai egois dan memikirkan diri sendiri, kepentingan kelompok, dan nggak mau tau lagi apa yang ada di sekitar, sebodo teuing lah, masa bodoh. kalopun tau, ya diem aja nggak ngapa-ngapain. *saya juga, cuma bisa kritik tapi nggak ada gerakan nyatanya*

yakin kisah supriono hanya satu di Indonesia yang sedemikian luas?
Masalah kemiskinan sudah jadi luka busuk yang mulai menimbulkan banyak infeksi dan sumber masalah masalah lain, besar kemungkinan ada orang orang lain bernasib seperti supriono di tanah air kita.
Kalopun iya tragedi ini hanya dialami si malang supriono itu, tetep aja, 1 nyawa itu hidup seseorang, sebuah pertaruhan masa depan. Bisakah masalah ini dibiarkan, dilupakan, dianggap tak pernah ada dan tak jadi masalah?

buka mata. beginilah bangsa kita. 
buat apa melaknat negara, sumpah serapah yang jadi sampah, ngga ada gunanya, buang tenaga saja
buat apa menyalahkan orang lain, lihat diri sendiri dulu.
sudah merasa jadi warga negara yang baik?
di mana kemanusiaan? di mana persatuan?
di mana hati nurani?

saya juga nggak berdaya, belum bisa berbuat apa-apa. 
saya juga bukan siapa siapa, hanya anak bangsa.

hanya punya kesadaran.

bangun, Saudaraku bangun!
tanah tempat kita lahir tumbuh dan hidup membutuhkan kita!
jangan diam saja. lakukan sesuatu!

meski hanya dengan bekal kesadaran
mulai dari diri sendiri, dari yang terkecil, dan dari sekarang
setiap yang besar pasti mulai dari yang kecil
maka meski hanya dengan kesadaran, kesadaran kita semua
ayo Bangun! 
Bangun diri, bangun bangsa!

Indonesia boleh bertambah usia, tapi semangat harus tetap muda.
Bersatulah! Kobarkan! Majulah! Jayalah!

1 comment:

comments are well-welcomed, Dear Readers. Please do write some, thank you.