Friday, May 04, 2012

Stay with this, Nadh

Malam ini iseng buka dashboard blog, nemu link ini. Cerpennya Putu Wijaya! Oh dia salah satu sastrawan favoritku, langsung baca deh, apalagi judulnya sangat menarik.

Judulnya to the point, "Dokter"
Putu Wijaya bercerita tentang Dokter di suatu pedalaman Indonesia.
As expected from Putu Wijaya, asli bagus cerita itu. Speechless.
Speechless not only because of the way he brought the story, but also...

Oh ternyata gitu ya jadi dokter di pedalaman..., itu baru gambaran secara sastra.
Di kehidupan nyata mungkin bisa lebih dari itu, atau bisa juga nggak selebay itu.
Tapi entah kenapa aku yakin, setidaknya ya memang seperti itulah kalo jadi dokter di tengah-tengah primitif-nya Indonesia.

Aku nggak galau kok, enggak... Hanya, hanya tiba-tiba melankolis dan sok pemikir gini (as usual, uh yeah)

Aku yakin kalo aku mau memilih profesi dokter sebagai jalan hidupku
Sungguh masih jauh jalannya untuk sampe ke sana, untuk bener-bener jadi dokter
Paling engga butuh 5 tahun kan untuk menempuh pendidikan dokter

Dalam idealismeku sekarang, aku nggak membayangkan jadi dokter di Jawa
Somewhere outside Jawa, tapi masih di Indoneisa. Bahkan aku pernah juga ngebayangin ekstrimnya, ya jadi dokter di pedalaman. Walaupun mungkin nggak selamanya di pedalaman gitu, at least for such a significant period deh..

Jadi dokter di pedalaman.
Dear Reader, jujur deh, kesannya ide itu hipokrit banget nggak sih? Muna banget.

Wait wait, bukan maksudku aku nggak serius tentang ide itu.
Aku sadar di usia 17 tahun ini, aku masih remaja biasa yang penuh idealisme, yang entah apakah akan tetap sama sampai bertahun mendatang. Bertahun mendatang yang akan penuh perjuangan dan pengorbanan. Karna nggak mudah untuk jadi dokter. Ya, kan?

Ngomong realistis aja deh, jadi dokter nggak ada yang gampang, nggak ada yang murah. Bertahun belajar keras, belum lagi persaingan makin ke depan pasti makin sulit. Setelah semua itu, apa iya aku masih bertahan dengan idealisme jadi dokter di pedalaman?



Aku harap, iya.

Jadi dokter di pedalaman.
Membaca cerita itu, aku terpana. Oh terimakasih Pak Putu Wijaya!
Sangat inspiratif!

Aku tau ini bakal sulit, jadi dokter aja udah sulit, apalagi mau melawan arus -- melawan arus lulusan dokter yang kebanyakan berlomba-lomba jadi dokter di kota besar, dengan prestise setinggi-tingginya.
Aku yakin pada masa itu, aku harus punya pendirian yang bener-bener kuat untuk merealisasikan idealisme ini.

Aku harap aku akan tetep memegang idealisme ini.
Well, itu berarti aku juga berharap kondisi masa depanku kelak juga akan mendukung untuk tercapainya cita-cita ini (ini maknanya luas lho hahaha)

*

Hey! Ngomong banyak mau jadi dokter, harus usaha banyak juga lho ya untuk dapet kursi Fakultas Kedokteran di universitas yang terbaik. Terbaik yang bisa kamu usahakan, dan yang paling penting terbaik menurut Allah SWT Yang Maha Sempurna dalam berencana :)

So stay with this, (the future) dr.Nadhila Atsari!

No comments:

Post a Comment

comments are well-welcomed, Dear Readers. Please do write some, thank you.